Diterbitkan pertama kali oleh CHRIST FOR THE NATIONS, INC., Dallas, Texas
Dicetak ulang tahun 1976
Diterbitkan kembali tahun 2004
Pendahuluan
Oleh Gordon Lindsay
Saya mengenal Thomas Welch dalam bagian terbesar di kehidupannya. Faktanya, saya bertemu dia setelah mujizat yang mengagumkan terjadi dimana dia hidup kembali setelah dia dinyatakan mati selama satu jam. Bagi beberapa orang, kesaksian Tom adalah luar biasa, tapi sesungguhnya dokumentasinyalah yang luar biasa.
Salah seorang insinyur yang mengoperasikan mesin menyaksikan Tom jatuh dari ketinggian 55 kaki, seketika itu ia membunyikan alarm. Penggilingan besar seketika itu dihentikan dan mungkin sekitar kurang lebih 75 orang pria dikerahkan untuk mencari tubuh Tom, yang terbaring dalam danau yang keruh. Hampir satu jam lewat sebelum mereka dapat menemukan tubuhnya dan membawanya tanpa nyawa dalam kantor penggilingan itu. Mereka menyaksikan Ny Brocke memanjatkan doa belas kasihan dan menangis kepada Tuhan untuk menghidupkan Tom kembali, dan setelah ia berdoa, terlihat gerakan di kelopak mata Tom. Masih dalam terheran-heran, ketika mereka melihat Tom kembali bekerja pada hari Sabtu, enam hari kemudian. Lalu pada hari Minggu malam berikutnya, mereka mendengar kesaksian luar biasa Tom dalam sebuah sekolah rumah kecil (saya juga berada disana). Sama luarbiasanya ketika mujizat instan terjadi di rumah sakit pada hari Jumat ketika tulang-tulang yang hancur tiba-tiba menyatu kembali.
Sesuai kesaksian Tom, dia menjadi seorang kafir ketika membaca buku-buku dalam perpustakaan pamannya, dimana terdapat karya Voltair, Thomas Paine dan Robert G Ingersoll. Pengalamannya di “dunia bawah” menunjukkan kepalsuan filosofi dari pengacara terkenal mengenai doktrin dan kekafiran. Dalam waktu yang singkat disana, dia melihat bahwa roh manusia ada setelah kematian dan mereka yang menolak Kristus harus masuk ke dalam Neraka.
Tidak berapa lama setelah pengalaman ini, saya diubahkan di dalam gereja yang sama, yang di gembala sidangi oleh Dr John G Lake di Portland. Tom menepati janjinya kepada Tuhan ketika dia berada di tempat tidur rumah sakit dimana dia secara ajaib disembuhkan. Setahun kemudian, dia dan saya dan L.D Hall meninggalkan Portland untuk mengabarkan Injil.
Mujizat Luar Biasa Oregon
oleh THOMAS WELCH
Daftar Isi
BAB I - Mujizat Luar Biasa Oregon
BAB II - Kembali Bekerja di Hari Sabtu
BAB III - Satu Hari Yang Tak Terlupakan
BAB IV - Apa Yang Kulihat Selama Aku Mati
BAB I
Mujizat Luar Biasa Oregon
Kesaksian yang akan anda baca adalah nyata dan sedetail-detailnya. Hanya Tuhan yang tahu mengapa ini terjadi kepada saya dan mengapa saya dipilih untuk menjadi saksi dari belas kasihan dan kasih Yesus Kristus di abad ke 20 ini. Saya berhutang budi yang sebesar-besarnya untuk atas apa yang telah Dia lakukan kepada saya dan itu mengapa keinginan saya satu-satunya sekarang ini adalah untuk percaya dan menjadi kudus bagi Dia.
Saya menemukan kepuasan terdalam hidup dalam Kristus dan menjadi saksi bagi penyelamatanNya dan kuasa kesembuhanNya. Sebagaimana Ibrani 13:5-8 menyatakan: “Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Jadi dengan berani kita mengatakan Tuhan adalah Penolongku dan aku tidak takut dengan apa yang manusia lakukan terhadapku. Yesus Kristus tetap sama, kemarin, hari ini dan selama-lamanya.
Saya lahir dan dibesarkan di Alberta selatan, Kanada dan anak tertua dari empat bersaudara. Ayah saya meninggal dunia dan dimakamkan pada waktu ulang tahun saya yang kesebelas. Empat bulan kemudian, ibu saya meninggal dan kami menjadi yatim piatu, untuk dirawat oleh orang lain. Kematian adalah mutlak terjadi. Kematian mengambil seseorang yang kami butuhkan dan memisahkan kami dari orang-orang yang kami sayangi, dan yang tertinggal hanyalah kenangan. Rumah kami tadinya adalah rumah yang berbahagia. Tidak perduli seberapa baiknya orang lain, tidak ada orang yang dapat menggantikan ayah dan ibu kami, terlebih ketika kamu cukup umur untuk mengingat semua tentang mereka yang pasti akan berbeda dari setiap orang lainnya. Saya tidak ingat, kalau orangtua saya pernah berkelahi. Jika mereka berkelahi, mereka tidak akan melakukannya didepan kami. Saya yakin mereka saling mencintai dan saya juga tau mereka mencintai kami anak-anaknya.
Ayah ibu saya, kakek saya adalah seorang guru sekolah dan pendeta Lutheran di sebuah sekolah tua tempat menunggang kuda. Semuanya adalah pelopor dalam arti yang sebenarnya. Sebagai anak-anak, kami mengerti bahwa kata kepatuhan sangat berarti. Konfirmasi dalam Gereja Lutheran kami terima sebagai inti pelajaran kami.
Sewaktu kematian ibu, saya pindah untuk tinggal bersama dengan kakaknya, Paman Sam dan Bibi Julia. Bibi Julia seorang yang baik dan memperlakukan saya seperti anaknya sendiri. Saya selalu bersyukur kepada mereka berdua atas kebaikan dan kasih mereka kepada saya.
Sebagaimana hidup berjalan, segala sesuatu berubah. Tuhan bekerja dengan cara yang misterius. Dalam ulang tahun saya yang ke delapan belas, seorang teman dekat dan tetangga, Fin Brocke dan istrinya meninggalkan Kanada dan pindah ke Portland, Oregon. Ny Brocke sering sakit-sakitan dan mereka berharap perubahan ini dapat membantunya dalam kesehatannya.
Seiring waktu berjalan, kami mendengar keluarga ini menjadi keluarga yang religius dan pergi ke gereja setiap malam, dimana Ny Brocke disembuhkan oleh seorang pendoa dan banyak lagi yang sukar untuk dapat dipercaya, karena saya mengenal mereka.
Ketika masa panen telah selesai, teman saya dan saya memutuskan untuk datang ke Portland dan melihat sendiri apa gerangan yang terjadi. Sebenarnya pada titik ini, Tuhan sudah menuntun langkahku. Tapi karena beberapa alasan, singkatnya, saya mengeraskan hati dan mengkritik segala sesuatu yang berhubungan dengan keagamaan.
Alkitab mengatakan “Allah adalah kasih”. Saya tahu ini adalah benar, dan sangat mungkin, tidak ada kepintaran manusia dapat memahami kebesaran kasih Allah sampai kita hidup di dalamNya di kekekalan. Pada titik ini kehidupan saya diubahkan kearah sesuatu yang selama ini saya coba hindari. Saya dan teman saya meninggalkan Kanada ke Oregon untuk melihat dengan mata kepala sendiri dan pada tanggal 24 November 1923, kami tiba di rumah Brocke di Portland.
Kami melihat apa yang kami dengar adalah benar adanya. Mereka mengatakan bahwa mereka menerima Kristus sebagai Juruselamat dan keadaan Ny Brocke sekarang adalah karena doa dan iman. Mereka benar-benar berubah!
Saya mendengarkan cerita mereka dan terkagum-kagum. Saya seringkali pergi ke Gereja bersama mereka. Saya menyukai pendetanya, Pdt. John G Lake. Dia seorang pengkhotbah yang menakjubkan, bekas penginjil di Afrika Selatan dan seorang pengelana dunia, yang berkhotbah tentang sebuah pesan kasih dan kuasa untuk menyembuhkan dan pengampunan akan dosa, pembebasan atas keterikatan dan kesembuhan sakit penyakit bagi setiap orang percaya. Saya menyukai apa yang saya dengar dan bersuka cita atas apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga Brocke, tapi tidak ada satupun dari dalam saya yang meresponi atas apa yang saya lihat dan dengar. Saya mati didalam bagi Roh. Beberapa pengaruh di masa remaja saya telah mengeraskan hati dan pikiran saya. Saya sampai kepada sebuah kesimpulan mengenai Tuhan dan Alkitab, doktrin Lutheran mengenai baptisan anak-anak dst, sehingga saya rasa kalau Tuhan itu ada maka saya bisa sebaik Dia.
Injil yang dikhotbahkan Dr Lake indah dan benar, tapi saya tidak percaya kalau berita injil itu untuk saya. Pengaruh masa lalu saya terlalu kuat untuk diindahkan, walaupun saya mencoba untuk percaya.
Saya tinggal bersama keluarga Brocke selama musim dingin. Dia adalah kepala insinyur di Perusahaan Bridl Veil Lumber di Gunung Larch, tiga puluh mil timur Portland. Itu merupakan sebuah perusahaan tempat gergaji besar uap untuk pemotongan dan penyimpanan kayu, yang memperkerjakan lebih dari 150 orang di berbagai bidang. Keluarga Brocke memiliki tempat tinggal di Portland dan tempat di situ
Tanggal 1 Juli 1924, saya mendapatkan pekerjaan sebagai seorang insinyur pembantu dengan Ny Brocke. Kejadian yang saya ingin ceritakan terjadi di hari Senin, di hari saya mulai bekerja di tempat penggilingan, jam setengah dua siang. Kami sedang memotong “Jap Squares”, yang dibawa turun melalui sungai dari gunung di sungai Kolumbia di kota Bridal Veil. Aliran sungai yang menyediakan air mempunyai sebuah bendungan diseberangnya sehingga dapat menyediakan air untuk pemanas, kolam penampungan kayu dan saluran air untuk membawa kayu-kayu tersebut ke Bridal Veil, 4 mil di bawah gunung.
Jembatan diatas bendungan ini tingginya 55 kaki dari atas air. Saya pergi ke jembatan untuk merapikan gelondongan kayu yang bersilangan dan tidak bergerak sama sekali. Tiba-tiba, saya terjatuh dari jembatan dan jatuh berguling-guling diantara gelondongan kayu dan jatuh ke dalam danau yang dalamnya 10 kaki. Seorang insinyur yang sedang duduk dalam lokomotif yang sedang membongkar gelondongan kayu melihat saya terjatuh. Saya jatuh mendarat di kepala terlebih dahulu di balok pertama 30 kaki kebawah dan terguling-guling dari balok yang satu kelainnya sampai saya terjatuh ke dalam air dan menghilang dari pandangannya.
Ada sekitar 70 orang pria yang sedang bekerja saat itu. Pengilingan dihentikan dan setiap orang dipanggil untuk mencari tubuh saya, berdasarkan kesaksian mereka. Pencarian berlangsung selama empat puluh menit sampai satu jam, ketika akhirnya saya ditemukan oleh M. J. H. Gunderson, yang mengaminkan cerita ini.
Ini berhubungan dengan pengalaman saya dengan kematian, segala sesuatu dapat saya lihat dan dengar dan lakukan selama waktu para pria ini mencari tubuh saya di kolam.
Saya mengalami kematian di dunia ini. Tapi saya hidup di dunia yang lain. Tidak ada waktu yang hilang. Saya belajar lebih banyak belajar pada jam saya berada diluar tubuh daripada didalam tubuh saya. Yang saya ingat hanyalah terjatuh dari pinggir jembatan. Insinyur lokomotif menyaksikan saya terjatuh masuk ke dalam air.
Yang saya tahu selanjutnya, saya berada di pinggir lautan api yang luas. Tampak kepada saya, seperti yang telah dikatakan oleh Alkitab dalam Wahyu 21:8 “lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang” Ini merupakan penglihatan yang menakjubkan yang dapat dilihat oleh seseorang mengenai penghakiman terakhir,
Saya dapat mengingat lebih jelas dari segala sesuatu yang terlah terjadi dalam kehidupan saya, setiap detail dari setiap kejadian, apa yang saya lihat dan apa yang terjadi selama jam saya pergi dari dunia ini. Saya berdiri agak jauh dari api biru yang bergolak dan berputar. Sejauh mata saya melihat segalanya sama. Lautan api dan belerang. Tidak ada seorangpun didalamnya. Saya juga tidak berada didalamnya. Saya melihat orang lain yang telah meninggal sewaktu saya berumur tigabelas tahun. Satu lagi adalah paman saya yang meninggal karena sakit paru-paru ketika saya berumur tigabelas tahun. Yang lainnya seorang anak laki-laki teman sekolah saya yang meninggal karena kanker rahang yang dimulai dari sebuah gigi yang terinfeksi ketika dia masih anak-anak. Dia lebih tua dua tahun dari saya. Kami masih saling mengenali, walaupun kami tidak berbicara. Mereka juga, mereka hanya melihat dan kelihatan kebingungan dan berpikir, karena mereka tidak percaya apa yang mereka lihat. Ekspresi mereka terlihat bingung.
Pemandangan ini sukar dilukiskan dengan kata-kata. Tidak kata yang tepat untuk menggambarkannya kecuali kami adalah saksi mata sekarang dari penghakiman terakhir. Tidak ada jalan keluar, sama sekali tidak ada, Ini adalah sebuah penjara tanpa ada orang yang dapat kabur tanpa campur tangan Tuhan. Saya berkata kepada diri saya dengan suara yang terdengar. “Jika saya tahu akan hal ini, saya akan melakukan apa saja yang dibutuhkan agar saya terbebas dari tempat semacam ini.” Tapi saya tidak tahu.
Sebagaimana pemikiran-pemikiran ini berpacu dalam pikiran saya, saya melihat seorang pria datang dari arah depan kami. Saya langsung dapat mengenali siapa Dia. Dia memiliki wajah yang kuat, lemah lembut dan penuh belas kasihan. Penguasa segalanya. Dia adalah Yesus.
Sebuah harapan besar muncul dan saya tahu jawaban dari persoalan saya adalah Pribadi yang agung dan luar biasa ini. Dia datang disamping saya di dalam penjara jiwa yang terhilang dan terikat ini. Saya tidak melakukan apa-apa untuk menarik perhatianNya. Saya kemudian berkata kepada diri saya sendiri,”Jika saja Dia melihat kepada jalan-jalan saya, Dia dapat menyelamatkan saya dari tempat ini karena Dia tahu bahwa saya tidak mengerti ada tempat seperti ini. Dia tahu apa yang harus dilakukan.” Dia melewati saya dan kelihatannya Dia tidak melihat saya, tapi sebelum Dia hilang dari pandangan, Dia menengokkan kepalaNya dan melihat langsung kepada saya. Cukup sudah. TatapanNya lebih dari cukup.
Dalam beberapa detik, saya sudah kembali ke tubuh saya. Seperti masuk dari sebuah pintu rumah, Saya dapat mendengar keluarga Brocke berdoa pada menit-menit sebelum saya dapat membuka mata saya atau mengatakan sesuatu. Saya dapat mendengar dan mengerti apa yang terjadi. Tiba-tiba kehidupan datang dalam tubuh saya dan saya membuka mata saya dan berbicara kepada mereka.
Lebih mudah untuk berbicara atau menggambarkan sesuatu yang telah anda lihat. Saya tau ada lautan api, karena saya telah melihatnya. Saya tahu Yesus Kristus hidup selamanya. Saya telah melihat Dia. Alkitab mengatakan dalam Wahyu 1:9-11 “ Saya, Yohanes.. dikuasai Roh pada Hari Tuhan, dan aku mendengar dibelakangku suara yang nyaring, seperti suara sangkakala, berkata, Akulah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, dan apa yang engkau lihat tuliskanlah dalam sebuah kitab.”
Dari segala sesuatunya Yohanes melihat penghakiman, dan dia gambarkan dalam Wahyu 20 sebagaimana dia melihatnya. Dalam ayat 10 dia mengatakan:”dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang.” Dan sekali lagi dalam Wahyu 21:8, Yohanes mengatakan dia melihat “lautan api dan belerang.” Inilah lautan api yang saya lihat, dan saya yakin akan satu hal, bahwa di akhir jaman semua hal yang buruk dalam alam semesta ini akan dilempar kedalam lautan api ini dan selamanya dilenyapkan.
Saya mengucap syukur kepada Tuhan bagi setiap orang yang berdoa. Saya mendengar Ny. Brocke berdoa bagi saya. Dia berkata,”Oh Tuhan, jangan ambil Tom; dia belum diselamatkan.” Sehingga akhirnya saya membuka mata saya dan berkata, “Apa yang terjadi?” Saya tidak kehilangan waktu; saya pergi ke suatu tempat dan saya kembali. Segera setelah itu, ambulan datang dan saya dibawa ke Rumah Sakit Good Samaritan di Portland.
Saya tiba di rumah sakit sebelum jam enam sore, langsung dioperasi dan batok kepala saya dijahit dengan banyak jahitan. Kemudian saya tiba di bagian rawat khusus. Tidak banyak yang dokter dapat lakukan, hanya menunggu. Saya tidak merasakan sakit dan pikiran saya sangat tenang. Perawat khusus ditugaskan untuk menemani saya. Disitu saya terbaring sampai hari Jumat jam 11:30 am
Selama empat hari dan empat malam, saya tetap berkomunikasi dengan Roh Kudus. Saya mengkaji kembali kehidupan saya yang lama dan segala sesuatu yang telah saya lihat, seperti lautan api, Yesus mendatangi saya disana, melihat paman saya dan teman sekolah saya dan hidup kembali. Hadirat Roh Tuhan turun atas saya terus menerus dan sering kali saya berbicara dengan keras kepada Tuhan. Roh Kudus membantu meluruskan filosofi saya yang salah sampai saya mengerti apa yang terjadi pada saya. Dia menunjukkan bagaimana saya hidup salah di masa lalu, dan membantu saya menyatukannya sehingga masuk akal bagi saya dan mengerti mengapa semua ini terjadi kepada saya. Lalu saya mulai bertanya kepada Tuhan, apa yang Dia inginkan dalam hidup saya, apa kehendakNya.
Hari Jumat pagi, tubuh hancur saya sangat kaku dan saya tidak dapat menggerakannya sama sekali. Dan sekitar jam sembilan, panggilan Tuhan datang. Suara ROH sangatlah nyata. Dia berkata kepada saya,”Aku ingin engkau memberitahukan dunia apa yang engkau lihat dan bagaimana engkau dapat hidup kembali.” Ini adalah keputusan yang berat bagi saya. Saya tidak tahu apa-apa soal ini. Bagaimana saya dapat melakukannya? Saya terbaring di rumah sakit dan hampir tidak dapat mengerakkan tangan kanan saya.
Peristiwa terpenting dalam kehidupan saya telah datang. Saya tidak akan lupa saat-saat mengambil keputusan. Jam 11:30 am, sayapun mengambil keputusan. Saya tidak ragu-ragu. Saya minta perawat untuk meninggalkan saya, tapi dia agak ragu, tentu saja, karena dia tau saya tidak bisa berbuat apa-apa, tapi akhirnya diapun pergi.
Lalu saya berbicara dengan keras di Hadirat Tuhan dan berkata,”Tuhan, kalau ini kehendakMu, saya akan melakukan yang terbaik, tapi saya tidak bisa kalau harus berbaring disini. Engkau harus mengeluarkan saya dari sini.”
Tidak kedengaran seperti sebuah doa, tapi saya berbicara kepada Tuhan dan membuat keputusan yang sungguh-sungguh. Tiba-tiba rasa hangat, perasaan luar biasa seperti angin sepoi-sepoi yang lembut mengalir dari atas kepala saya dimana saya terluka demikian parah dan turun keseluruh tubuh dan ke kaki saya. Saya disembuhkan saat itu dari kepala sampai kaki. Saya langsung berpakaian dengan baju yang ditinggalkan di kamar saya dari minggu lalu, lalu meninggalkan kamar dan terburu-buru menuruni tangga dan sampai ke jalan dalam waktu 6 menit. Si perawat sampai tidak sempat membunyikan alarm.
Saya khawatir jika seseorang melihat saya dan mencoba untuk membawa saya kembali ke rumah sakit, karena kepala saya masih diperban dan saya terlihat menakutkan bagi orang lain, Tapi Tuhan bersama saya. Seorang teman dekat saya, Pete Burness, punya toko lukisan dekat rumah sakit. Saya pernah kesana, jadi saya tahu letaknya, lalu saya cepat pergi kesana. Pete adalah seorang prajurit sewaktu Perang Dunia I. Dia telah belajar berdoa didalam parit. Dia dulu adalah Angkatan bersenjata Kanada dibawah komando Inggris dan telah mendapat penghargaan tertinggi untuk keberaniannya. Yang dia katakan hanya,”Hmm, Saya lihat kamu sudah keluar.” “Ketenangannya” sangat membantu saya. Setelah berbicara dia memberi saya kunci mobilnya dan berkata,”Pergilah ke rumah saya, saya akan naik transportasi umum hari ini. Kamu tidak dapat membayangkan seperti apa kamu saat ini.”
Saya pergi ke rumahnya. Terjadi kegemparan di rumah Pete ketika saya tiba. Ada beberapa orang disana, dan tentu saja mereka tidak dapat mempercayai apa yang mereka lihat ketika saya datang. Akan tetapi, situasi segera menjadi tenang, saya pergi ke kamar Pete untuk melihat seperti apakah saya. Rambut saya dipotong diatasnya dan ada jahitan dimana-mana. Saya melepaskan perbannya dan mencoba menyisir rambut yang tersisa. Sisirnya tersangkut dijahitan dan mulai berdarah. Saya mendengar suatu suara yang berkata,”Kamu tidak sembuh”. Imanku masih diuji. Saya berdiri disana selama beberapa menit melihat diri saya dan saya melihat pisau cukur Pete disana. Saya ambil pisau itu dan memotong setiap jahitan. Tidak ada darah lagi. Saya sudah benar-benar disembuhkan dan itu membuktikan kepada saya.
Saya belajar untuk tetap berpikiran positif sehingga anda dapat berdiri melawan segala masukan negatif yang mencoba melemahkan iman anda pada saat-saat seperti itu. Seringkali pikiran kita mencuri kemenangan supernatural kita. Percayalah kepada Tuhan dan bertindaklah baik anda mengerti atau tidak mengerti.
Setelah membersihkan diri, saya pergi ke pusat kota dan melihat dokter yang merawat saya, Dr Brewer. Ketika saya datang ke dalam kantornya dan diapun terlihat sangat terkejut dan berkata,”Apa yang anda lakukan disini?” saya tidak menjawab karena saya juga tidak yakin juga. Kemudian dia bertanya lagi,”Apa anda baik-baik saja? Bagaimana anda bisa keluar dari rumah sakit?” Jawab saya,”Dokter, saya melarikan diri, mungkin mereka belum tahu kalau saya sudah pergi” Kata dia,”Coba ceritakan kepada saya apa yang terjadi.”
Kata saya,”Dokter, Tuhan sudah menyembuhkan saya dan saya baik-baik saja sekarang.” Dia mendekat dan mendorong tulang iga saya yang tadinya patah dan bertanya,” Sakit?” Jawab saya,”Tidak”. Tidak ada rasa sakit. Kata dia, “Tuhan pasti sudah menyembuhkan anda. Sebab kami tidak bisa. Ini baru empat hari dan biasanya butuh waktu enam minggu sampai dua bulan untuk tulang yang patah untuk sembuh kembali.” Kemudian dia bertanya lagi,”Siapa yang mencabut jahitan di kepala anda?”, kataku,”Saya sendiri”. Saya ceritakan apa bagaimana saya melakukannya.
Saya menceritakan kepadanya bagaimana Tuhan berperkara bagi saya, bagaimana Dia memanggil saya untuk pergi dan bersaksi kepada dunia. Saya kuatir, apabila seseorang bertanya siapa dokter saya dan bertanya-tanya apa yang dokter itu katakan mengenai kesembuhan ini. Lalu saya bertanya kepadanya,”Apa yang akan anda katakan mengenai saya?” Dia hanya menjawab,”Jika anda berkata Tuhanlah yang menyembuhkan anda, pastilah Tuhan yang menyembuhkan anda karena saya tahu kami tidak bisa. Ini baru empat hari.” Saya tidak pernah tahu berapa orang yang pergi menanyakan kepada Dr Brewer akan hal ini, tapi tidak ada seorangpun yang menyangkal kesaksian saya.
Bersambung ... ke Bab 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar