Selamat Datang

Untuk kalangan atau simpatisan kristiani.

Selamat datang di blog kami, semoga apa yang kami tuliskan dapat bermanfaat bagi Anda semua.

Tuhan Yesus memberkati.


Terjemahkan Bahasa / Translate :

Terjemahkan Bahasa

Sabtu, 18 Juli 2015

Kesaksian - Bukan Cinta Sejenis


Saya dibesarkan dalam sebuah keluarga ‘Kristen’. Walaupun keluarga saya pergi ke gereja setiap minggu, hidup kami sama sekali tidak berpusat pada Kristus. Orang tua saya sering kali terlalu sibuk melakukan apa yang mereka ingin lakukan pada waktu itu. Ibu saya sering memukul saya dan oleh karenanya saya merasa tidak utuh, baik sebagai manusia maupun sebagai laki-laki. Waktu itu saya merasa hidup saya tidak ada gunanya dan akibatnya saya membuat pilihan-pilihan yang buruk. Tetapi saya tidak ingin menyalahkan siapapun atas pilihan saya. Walaupun apa yang dilakukan oleh ibu saya salah, pilihan saya adalah tanggung jawab saya sendiri terlepas dari apa atau siapa yang mempengaruhi saya. Di sisi lain, ayah saya sering tidak di rumah karena tugasnya keluar kota, dan ada kalanya dia mengatakan hal-hal yang sangat menyakitkan hati saya. Tetapi oleh kasih karunia Tuhan hubungan saya dan orang tua saya telah dipulihkan.

KEPURA-PURAAN 
Bisa dibilang saya tumbuh dengan banyak luka batin dan memikul beban yang berat. Luka batin saya yang tidak segera ditangani menjadi pintu masuk bagi roh-roh jahat untuk mempengaruhi saya. Beberapa kali saya mulai memiliki pikiran untuk bunuh diri dan mengakhiri semuanya. Bahkan ada suatu ketika saya meletakkan sebilah pisau di pergelangan tangan saya, namun Tuhan menghentikan niat saya karena kasih karunia-Nya. Meskipun demikian, saya tidak sekalipun menyalahkan Tuhan. Saya percaya, bahwa segala sesuatunya terjadi karena alasan yang baik dan Tuhan merencanakan yang baik untuk saya. Jadi saya merasa ada dua kubu yang berlawanan di dalam saya. Kubu yang baik penuh dengan pengharapan kepada Tuhan dan ini memberikan saya kekuatan. Sementara kubu yang jahat penuh dengan keputusasaan dan kebencian, semua perasaan buruk yang membuat saya terpuruk.

Pada usia sekitar 6 atau 7 tahun saya mulai merasakan hasrat seks kepada sesama jenis. Ketika saya beranjak dewasa saya semakin menyadari rasa ketertarikan saya kepada sesama jenis dan hal ini membuat saya merasa terganggu, karena rasanya salah. Jadi sayapun memutuskan untuk menekan semua hasrat itu. Saya berpura-pura bahwa hasrat itu tidak ada. Saya bilang ke diri saya berkali-kali, “Ini tidak nyata!” Saya juga mencoba mengusir hasrat tersebut dengan berdoa. Sayapun mulai membenci diri saya karena saya malu memiliki perasaan tersebut. Karena saya tidak ingin seorang pun tahu tentang hasrat itu, maka sayapun mencoba untuk menyembunyikan ‘rahasia’ ini dengan mengubah perilaku saya. Tapi itu hanya membuat saya semakin minder. Saya menjadi ketakutan kalau sampai orang tahu tentang hal tersebut dan mengolok-olok saya karenanya. Saya bahkan sampai membenci orang untuk alasan yang tidak jelas dan menutup diri dari dunia luar, karena saya merasa seluruh dunia membenci saya. Pemikiran saya waktu itu adalah “manusia = masalah”. Karena saya merasa sudah banyak masalah, saya tidak mau menambah lebih banyak masalah lagi dengan mengenal lebih banyak orang. Saya jadi membenci diri sendiri dan orang lain karena kepurapuraan. Saya lari dari pergumulan tersebut, bukannya menghadapinya. Setelah bertahun-tahun berpura-pura, akhirnya saya sampai ke titik di mana saya menyerah untuk mengubah diri saya sendiri dan memutuskan untuk menerima kenyataan, bahwa saya memiliki hasrat seks kepada sesama jenis.

PEMUASAN 
Setelah berkali-kali mencoba untuk membebaskan diri saya dari hasrat tersebut, saya mulai berpikir bahwa sia-sia saja perlawanan saya. Sayapun memutuskan untuk menerima hasrat tersebut dalam hidup saya dan menikmatinya saja. Setelah berpikir matang-matang, sayapun menaklukkan diri saya pada hasrat itu. Karena saya tahu saya tidak bisa menyembah dua tuan, maka sayapun memilih untuk ‘berpisah’ dengan Tuhan. Saya bilang ke Tuhan bahwa saya tak berdaya. Saya tidak bisa mengubah diri saya sendiri dan saya menyadari sepenuhnya akibat dari keputusan saya. Saya pikir kalau saya akan masuk neraka, sekalian saja saya menikmati perjalanan menuju ke sana. Saya kira saya benar-benar ‘siap’ untuk masuk neraka. Tapi tahu tidak? Tuhanlah yang tidak ‘siap’ untuk saya masuk neraka!

Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?’ Yehezkiel 33:11

Setelah saya membuat keputusan tersebut, sayapun mulai memuaskan semua hasrat saya. Akhirnya sayapun bisa menonton film porno gay tanpa menggubris rasa bersalah. Itu memberi saya kesenangan sesaat. Awalnya semuanya sepertinya ‘membaik’. Saya merasa lebih bahagia atau setidaknya saya berpikir begitu. Tapi semakin saya memuaskan hasrat saya, semakin banyak film porno yang saya butuhkan untuk terus memuaskan diri sendiri. Saya sampai harus masturbasi setidaknya 3 kali sehari. Saya menjadi sangat kecanduan. Saat saya tidak ada kerjaan dan tidak tahu harus berbuat apa, ujung-ujungnya kembali kepada film porno, karena saya tidak tahu apalagi yang harus saya perbuat. Bahkan ketika saya tidak mau menonton film porno, saya tetap saja menontonnya. Setelah saya agak bosan dengan film porno, sayapun mulai bermain game sampai berjam-jam. Saya berhenti main game hanya saat tidur, makan, atau di kamar mandi. Setelah saya bosan dengan game, saya beralih ke menonton film, khususnya film-film tentang pasangan gay. Di sela-sela main game dan menonton film, saya tetap menonton film porno.

Selain kecanduan saya, saya perhatikan bahwa saya menjadi orang yang pemarah dan gampang tersinggung, terutama oleh orang tua saya. Sayapun semakin menutup diri dari keluarga. Adik saya suka bercanda dan berkata kalau saya ini seperti hantu karena suka mengurung diri di kamar. Sayapun semakin diperbudak oleh hasrat seksual saya terhadap sesama jenis, sehingga menonton film porno sudah tidak cukup bagi saya. Saya memutuskan saya ingin melakukan lebih dari itu. Puji Tuhan, meskipun saya tidak pernah sampai melakukan sodomi, karena takut terkena penyakit kelamin, saya tetap melakukan hal lainnya yang tidak mau saya sebutkan, karena tidak pantas. Walaupun, saya telah melakukan itu semua, saya tetap merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidup ini. Saya merasa hilang, hampa dan kering.

Pada pertengahan tahun 2010, saya mulai memikirkan perjalanan hidup saya. Saya mulai mempertanyakan pertanyaan besar dalam hidup: arti dari keberadaan saya di dunia ini. Pada usia 30 tahun saya menyadari, bahwa hidup saya hanya berkisar soal pekerjaan, film porno, masturbasi, pria, game, film, ‘nongkrong’ bareng temen dan siklusnya akan terus berulang sampai kematian saya dan setelah itu masuk ke dalam kehampaan. Walaupun saya tidak pernah menyebut diri saya seorang ateis, tapi pada waktu itu saya sudah sama sekali melupakan (atau menyangkali) keberadaan Tuhan. Buat saya waktu itu tidak ada tuhan, tidak ada peraturan, tidak ada surga maupun neraka. Jadi saya berpikir, “Beginikah cara saya hidup sampai masa tua saya? Apa arti dari semua ini? Untuk apa kita mengambil resiko untuk menghadapi apa saja yang mungkin terjadi dalam hidup kita, jika akhirnya hanya berujung pada kehampaan? Lebih baik kita semua bunuh diri dan dan dengan begitu kita tidak perlu mengalami rasa sakit dan penderitaan yang tidak ada maknanya yang pasti akan dialami oleh setiap manusia pada kadar tertentu.” 

Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Pengkotbah 1:14

Adanya penderitaan di dunia ini justru menunjukkan adanya Tuhan. Tanpa Tuhan, penderitaan kita itu sia-sia tetapi dengan adanya Tuhan, penderitaan kita itu ada tujuan dan makna. Tuhan tunjukkan itu secara pribadi lewat penderitaan yang dialami Yesus, Tuhan itu sendiri dalam rupa manusia. Dia ikut menderita bersama kita dan penderitaan-Nya tidak sia-sia! Dia menderita demi penyelamatan umat manusia. Sehingga saya tahu penderitaan saya di masa lalu tidak sia-sia, semua itu ada artinya.

PENYELAMATAN 
Di lubuk hati saya, saya ingin sesuatu yang lebih dalam hidup saya dan saya tahu pasti ada yang lebih, tetapi saya tidak tahu apa. Saya juga terkejut saat menyadari saya telah menjadi pribadi yang sangat berbeda dalam beberapa tahun terakhir. Saya merasa menjadi seorang asing, bahkan bagi diri saya sendiri.

Pada suatu hari, Tuhanpun berfirman kepada saya. Ya, Dia terus berfirman. Dia mengingatkan saya akan cinta-Nya dan saya menyadari sesuatu yang tidak pernah sadari sebelumnya atau mungkin saya telah lupakan. Saya menyadari, bahwa bagaimanapun juga Tuhan mengasihi saya. Seberapa banyaknya film porno yang pernah saya tonton, seberapa seringnya saya menolak ajakan-Nya untuk bertobat ketika saya sibuk memuaskan hasrat saya, sebanyak apapun dosa saya, Dia selalu mengasihi saya, meskipun tidak mengasihi dosa saya.

Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan TUHAN ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Roma 2:4

Walaupun saya memberontak, Tuhan tetap menunjukkan kemurahan-Nya. Dia memulihkan orang tua saya. Orang tua saya bertobat dan menjadi lebih mengasihi dan menyayangi. Tuhan juga memberkati saya dengan pekerjaan yang baik, kesehatan, dan teman-teman yang baik (Matius 5:45). Intinya, saya menyadari berkat-berkat Tuhan yang seharusnya tidak saya dapatkan dalam hidup. Sayapun mulai melihat kasih tak bersyarat yang ajaib dan saya belum pernah dicintai seperti ini sebelumnya. Saya belum pernah mengalami dikasihi oleh seseorang sampai sedemikian rupa. Bahkan setelah berkali-kali menolak Tuhan, setelah sekian banyak kesalahan yang saya lakukan dengan sadar, Dia tetap mencurahkan kasih-Nya kepada saya. Saya tidak merasa terhukum atau bagaimana. Saya malah merasa dikasihi Tuhan, tetapi pada saat bersamaan saya menyadari betul saya sedang hidup dalam dosa. Saya tahu saya sedang memberontak terhadap-Nya.

Kemudian saya merasakan kasih-Nya mulai meruntuhkan hati saya yang keras dan saya dihadapkan pada dua pilihan: pertama, untuk terus hidup seperti sebelumnya dan berakhir dengan penghukuman yang kekal atau yang kedua, untuk meninggalkan kehidupan lama saya dan mengikut Tuhan yang mengundang saya kepada kehidupan kekal (Ulangan 30:19). Sayapun mulai menimbang-nimbang kedua pilihan tersebut dan konsekuensinya. Saya ingin mengikut Tuhan namun pada saat yang bersamaan saya merasa sulit untuk melepaskan segala sesuatunya, terutama jati diri gay yang saya telah terima sebagai bagian dari diri saya. Saya tidak bisa mengambil keputusan.

Syukurlah, Tuhan tahu persis peperangan yang terjadi di dalam hati saya. Diapun campur tangan dengan membantu saya membuat keputusan yang harus saya ambil. Dia menyampaikan kebenaran kepada saya. Saya percaya pada waktu itu Yesus berfirman demikian kepada saya, “Hanya orang bodoh yang menolak kasih sempurna-Ku demi yang lainnya.” Dan perkataan itu menyadarkan saya, bahwa saya tidak mau jadi orang bodoh yang menolak kasih Tuhan, sama seperti orang bodoh yang berkata tidak ada Tuhan (Mazmur 14:1) dan orang bodoh yang menghina hikmat (Amsal 1:7). Kebenaran memang menusuk, tetapi yang terutama kebenaran itu membebaskan.

Jadi dengan kebenaran tersebut, sayapun memutuskan untuk mengikut Tuhan apapun taruhannya, termasuk kehilangan jati diri sebagai seorang gay. Walaupun saya juga berdoa kepada Tuhan untuk membiarkan saya tetap gay jika Dia tidak apa-apa dengan hal tersebut. Dan Tuhan pun memimpin saya untuk berdoa secara sederhana sebagai berikut,

“Bapa di surga, mohon ampuni dosa-dosa saya di masa lalu. Ampunilah saya yang telah mengeraskan hati saya terhadap-Mu selama ini. Sekarang saya adalah milik-Mu sepenuhnya. Bentuklah saya seperti yang Engkau mau. Dan biarlah kehendak-Mu saja yang terjadi dalam hidup saya. Di dalam nama Yesus, Amin.”

Setelah itu saya merasa seperti ada beban yang terangkat dari saya (kedengarannya klise, tetapi itulah yang saya alami). Saya tahu bahwa saya sudah diberikan hidup yang baru. Saya dipenuhi dengan sesuatu yang indah, polos, dan murni. Saya merasakan kasih Tuhan melimpah di dalam saya dan itu menyingkirkan segala kebencian dan perasaan buruk lainnya dari diri saya. Dan hal pertama yang saya perhatikan, saya sama sekali hilang selera terhadap semua bentuk kecanduan saya di masa lalu. Sayapun memiliki pengendalian diri dan kesabaran yang tidak pernah saya miliki sebelumnya. Tuhan benarbenar bisa mengubah kita dari dalam hingga keluar.

Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Tuhan? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Tuhan. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Tuhan kita. 1 Korintus 6:9-11


Amin.



Sumber : Dikutip dari buku Bukan Cinta Sejenis

Untuk download gratis eBook nya dalam bentuk pdf di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar