"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." (Yohanes 14:2)
MH seorang penginjil Irak, yakin upahnya di kekekalan nanti salah satunya adalah rumah di Surga. Apa yang dia tidak harapkan adalah Allah mempersiapkan dia terlebih dahulu di sebuah tempat -- di salah satu penjara terkeji milik Saddam Hussein.
Orang-orang Irak menyebut penjara keamanan Baghdad sebagai "Kapal Putih", karena terang yang ditimbulkan oleh tembok bagian luar yang kadang kala berkilauan terkena sinar matahari. Penjara ini sangat besar dan berbentuk kotak, mengingatkan mereka akan sebuah kapal besar. Di penjara tersebut ada satu ruangan penyiksaan yang disebut "rumah merah". Mereka mengatakan bahwa kekejaman Saddam membuat para penghuni penjara menjadi gila. Bekas diktator Irak ini memerintahkan dinding penjara di cat merah darah.
Bulan Februari lalu, MH dan tujuh orang pemimpin Kristen lainnya, ditangkap di rumah pertemuan mereka oleh polisi rahasia Saddam. Seratus orang percaya dijebloskan ke dalam ruangan yang remang-remang, di mana mereka baru saja menyanyikan lagu pujian, "Kami Memberikan Kepadamu Segala Kemuliaan" ketika 15 agen berpakaian preman, bersenjata pistol, dan "walki-talki" menerobos pintu.
MH mengatakan kepada perwakilan salah satu lembaga Kristen bahwa polisi memerintahkan mengakhiri ibadah dan mereka menggunakan cara-cara yang kasar dan meminta semua tenang. "Semua duduk, tidak ada yang boleh berbicara, kata MH". Salah satu petugas mengeluarkan sepucuk kertas dan mulai memanggil nama-nama kami. Mereka mengenal nama semua orang di ruangan ini satu persatu! Penginjil muda ini akhirnya menyadari bahwa Saddam telah mengirimkan seorang mata-mata ke dalam gereja mereka. Hari ini, mereka menganggap orang yang mengkhianati mereka sebagai "Yudas".
Jemaat gereja tahu bahwa persekutuan mereka ilegal. Rezim Saddam Hussien hanya mengizinkan orang-orang Kristen beribadah di dalam gedung-gedung gereja yang sudah didaftarkan kepada pemerintah. Suatu waktu, pejabat pemerintah memberikan izin kepada orang-orang percaya untuk mengadakan suatu pesta. Pejabat tersebut mengira ini adalah pesta seperti pada umumnya, tetapi sebenarnya bukan, melainkan KKR. Acara ini ketahuan oleh polisi. Izin tidak diberikan bagi acara khotbah dan puji-pujian. Delapan orang jemaat gereja diborgol, ditutup matanya, dan dibawa dengan cepat dengan "van" yang tidak berjendela.
Pada saat di penjara, MH dibawa ke ruangan interogasi. Seorang penjaga menahan MH di kursi, sementara yang lainnya menampar mukanya. "Kami akan menahanmu di penjara bawah tanah dan menyiksamu, dan kamu akan tahu mengapa kamu ada di sini!" kata salah satu penyiksanya. "Tidak ada tahanan yang dibiarkan hidup pada saat mereka ada di tempat ini. Jika kamu tidak mengatakan kepada kami yang sebenarnya, kamu akan mati hari ini".
Penjaga yang lain masuk ke ruangan dan menggunakan tinjunya memukul muka dan tubuh MH. Dia meminta informasi mengenai kepercayaan yang dianut oleh MH dan susunan organisasi gereja. Mendekati satu jam kemudian, MH yang mukanya memar diberi pakaian khusus tahanan penjara bernomor XX dan selnya bernomor XX.
"Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara." (Yesaya 61:1)
MH berbagi ruangan yang berukuran 2,5 x 2 meter dengan lima orang "beragama lain" -- dua orang Suni dan tiga orang Syiah. MH berdoa dan meminta Allah memakainya untuk membebaskan teman selnya dari "penjara rohani" mereka dengan mengenalkan mereka kepada Kristus. Dia menggenggam pecahan batu dan menulis nama Yesus di dinding sel penjara dan menggambar salib di sampingnya. Salah seorang Syiah bernama S meminta penjelasan kenapa MH menulis seperti itu. "Kamu harusnya berdoa kepada allah atau pemimpin 'agama lain'", kata S. "Kenapa kamu berharap kepada Yesus untuk menolongmu?"
MH menjelaskan bahwa dia memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan, dan Yesus telah melakukan banyak mukjizat kepadanya. Dia yakin Yesus akan melakukan mukjizat yang lain dan membebaskannya dari penjara. "Aku bertanya balik kepada S, kenapa aku harus berdoa kepada seorang manusia yang mati?" "Aku mengatakan kepadanya, aku lebih memilih berdoa kepada Allah yang hidup. Yesus hidup, sedangkan semua nabi mati dan dikubur di tanah". S memandang rendah MH. Dia mengatakan kepadanya bahwa dia bukan orang yang baik karena dia tidak percaya pada ajaran agamanya. MH terus berdoa untuk S dan teman satu selnya.
Beberapa minggu selanjutnya, MH terbangun pada saat S mencium kedua tangan dan pipinya. MH dan teman satu selnya terkejut melihat perubahan hati S. Jadi, mereka memintanya menjelaskan apa yang terjadi. S mengatakan, Yesus muncul di hadapannya dan mengatakan kepadanya bahwa MH akan dibebaskan dari penjara. "Dia muncul di depanku ketika aku sedang tidur", kata S. "Dia berpakaian putih dan aku tidak dapat melihat wajah-Nya, karena wajah-Nya memancar lebih terang daripada matahari dan membutakanku."
S bertanya kepada orang itu siapa Dia, dan Dia menjawab, "Yesus Kristus". Yesus menunjuk kepada MH dan mengatakan kepada S, tidak usah khawatir terhadap MH. Aku yang bertanggung jawab atas MH, dan Aku akan membebaskannya dari tempat ini, kata Yesus. Bagaimana denganku? Kata S. Yesus menghilang tanpa menjawab pertanyaannya.
"Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:32)
MH menjelaskan kepada teman satu selnya bahwa Yesus muncul untuk membuktikan bahwa MH milik-Nya dan apa yang dikatakan-Nya adalah kebenaran. Dengan segera teman-temannya berlutut dan mulai berdoa, meminta Yesus juga membebaskan mereka dari penjara. Mimpi S menjadi kenyataan satu minggu kemudian, seperti halnya MH dan semua orang Kristen yang ditahan bersama dia juga dibebaskan.
Beberapa bulan kemudian, salah seorang penginjil yang dibebaskan bernama J, bercerita kepada salah seorang perwakilan sebuah lembaga Kristen. "Yesus mengatakan kepadaku, Saddam akan memberikanku suatu bingkisan. Ketika aku dibebaskan, aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya tersenyum, karena aku tahu bingkisan tersebut adalah kebebasanku yang datangnya dari Tuhan, bukan presiden".
J percaya dia selamat dari "rumah merah," karena walaupun secara fisik ditekan di dalam kegelapan, dijejalkan ke dalam sel penjara, dia secara spiritual sudah dibebaskan di dalam Kristus. Tuhan telah membebaskannya jauh sebelum Saddam Hussein membebaskannya dari kurungan fisik. J aktif di gerejanya dan menghabiskan banyak waktunya untuk melayani sesama. Dia membagikan traktat-traktat Injil dan kadang kala bersaksi kepada orang-orang Irak.
"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:16-17)
Kami memuji Allah karena kemunculan yang luar biasa dari Anak-Nya, Yesus, kepada anak-anak-Nya di Irak. Tetapi membangun gereja tidak hanya berdasarkan pada mukjizat-mukjizat dan penglihatan-penglihatan. Gereja harus dibangun di atas dan berakar dalam firman Tuhan.
Pokok doa:
Doakan J dan MH agar tetap menjadi alat Tuhan untuk bersaksi tentang Kristus di Irak.
Doakan gereja-gereja di Irak agar terus bertumbuh dan berakar dalam firman Tuhan.
Doakan umat Kristen yang masih ditahan di penjara Irak karena iman kepada Kristus, agar mereka tetap menaruh harapan dan beroleh kekuatan dari Kristus.
Diambil dari:Nama buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi November - Desember 2003
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 5 -- 7
Sumber : http://sabda.org/misi/penglihatan-malam-di-irak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar