Berikut ini adalah sebuah kesaksian seorang artis sinetron : Zack Lee
Zack Lee dan Nafa Urbach
Kesaksian ini merupakan sebuah transcript dari kesaksian yang disampaikan oleh Zack Lee pada tanggal 6 Januari 2008 yang lalu di sebuah gereja.
Sebuah Metamorfosa
Saya tidak datang dari keluarga kristen. Saya tidak mengenal Alkitab, tidak mengenal Tuhan Yesus, tidak mendapat pelajaran tentang surga dan neraka. Keluarga saya adalah keluarga yang beragama Budha tapi tidak beragama. Ngerti nggak saudara? Nggak ngerti? Banyak lho orang Kristen kaya gitu, beragama Kristen tapi tidak beragama Kristen. Yang "di dalam" maksudnya saudara.
Saya punya masa kecil yang cukup baik. Saya hidup tanpa seorang ibu. Sampai waktu kelas 3 SMP saya dikeluarkan dari sekolah, saya sekolah di SMP 3 di Ancol, Jakarta. Dikeluarkan dari sekolah, saya pindah ke Australia, lalu masuk lagi ke SMP 3, 3 bulan kemudian keluar lagi, terus menerus seperti itu saudara, di SMP 3 saya nggak naik-naik, nggak lulus-lulus. Balik ke Jakarta, papa sangat marah gara-gara sekolah saya ga kelar-kelar padahal sudah habis duit banyak. Lalu saya disuruh kuliah di Australia, saya cuma 2 minggu kuliah, hanya orang Indonesia aja lho yang bisa kuliah tanpa ijazah SMP 3, saya bilang, kalo bukan orang indonesia, ga akan bisa seperti itu. Saya tidak dikeluarkan saudara, tapi saya mengeluarkan diri, saya sangat nakal.
Singkat cerita, di Australia saya jatuh dalam pergaulan yang sangat buruk, dimana saya pernah ikut geng, menjadi pecandu narkoba cukup berat, dan melakukan hal-hal yang kurang baik. Hidup saya di Australia begitu hancur, hari demi hari yang saya lakukan hanya berantem, pake narkoba, dalam seminggu saya bisa nggak tidur, karna memang nggak bisa saudara, sampai harus diseret dipaksa mandi, dipaksa makan, tidur, hidup saya begitu hancur dan kacau. Papa mendapat kabar bahwa saya hancur. Dia telpon saya, tanya saya gimana disana, dan saya bilang saya nggak papa, saya baik-baik saja.
Dua minggu kemudian papa saya datang. Dan pada saat itu sedang tidur, dia tabok-tabokin saya supaya saya bangun. Saya kira saya sedang bermimpi. Ternyata saya nggak mimpi, saya lihat papa saya yang kagetnya luar biasa, dimana rumah dia jadi base camp, ada narkoba dan cewe dimana-mana. Papa saya begitu marah dan kecewa, saudara bisa bayangkan, dia buang semua narkoba dan usir dengan halus teman-teman saya. Saya lihat matanya, saya ajak dia ngomong, tapi dia nggak mau ngomong, dia terlihat mau nangis, tapi nggak bisa nangis. Dia begitu hancur, kecewa. Saya disuruh pulang ke Jakarta. Tadinya saya nggak mau pulang, tapi puji Tuhan saya pulang, temen saya banyak yang kacau. Ada yang masuk penjara, ada yang dideportasi, hancur semua. Di Jakarta hidup saya nggak bertambah baik. Saya tidak punya tujuan hidup, bingung mau ngapain. Mau kerja nggak bisa kerja, mau sekolah nggak bisa sekolah, bingung. Jujur hidup ini untuk apa.
Dari kecil saya suka mengkhayal apa yang akan terjadi ketika saya mati. Dari kecil saya nggak punya dasar agama. Saya Cuma jalanin dan menikmati hidup ini, saya merasa hampa banget. Karena saya dasarnya dari Budha, di ajaran Budha, kalau baik, katnya manusia mati jadi manusia lagi, kalo jahat jadi binatang.
Saya ketemu anjing dan saya ajakin dia ngomong : “Kamu dulu manusia?”
Jawabannya, “Guk..guk..guk.”
Jangan-jangan dia mau ngomong bahasa Inggris tapi nggak bisa. Saya pikir-pikir kayaknya nggak masuk akal. Saya benar-benar dibuat bingung. Hidup saya tanpa tujuan. Hidup ini buat apa?
Saya juga pernah nanya ke nenek saya: “Nek, hidup ini buat apa?”
Dia bilang, “Buat cari duit, jadi kaya, buat anak cucu.”
Saya tanya lagi, “Cari duit, cari rumah, cari mobil, tapi mati nggak dibawa, kemana duitnya?”
“ Ya buat cucu-cucu”, jawabnya.
“ Iya bener duitnya buat cucu-cucu, tapi kita nya ke mana?” Dia diem aja.
Kalau hidup gitu ngapain ?
Tahu kupu-kupu? Tahu artinya kupu-kupu? Dahsyat...
Singkat cerita, hidup saya begitu hancur, bingung. Hari demi hari saya di diskotik. Bahkan bisa 4 hari saya di diskotik, nggak pulang, karena di Jakarta ada diskotik yang nggak tutup-tutup, pakai narkoba, ineks, segala macam. Tapi ada suatu titik dimana papa ajak saya ngobrol, dia tanya kenapa saya begitu kacau dan hancur ?
Saya cuma jawab, “Nggak tau.”
Tapi tiba-tiba dia nanya satu pertanyaan yang bikin saya bingung, “Kamu mau nggak bertemu ibu kamu?”
Saya begitu kaget karena sejak kecil saya nggak pernah ketemu ibu saya, dari umur 3 tahun sampai umur 16 rahun. Dan akhirnya saya pergi ke Inggris. Dan ketika pertama ketemu, saya peluk cium dia – kayak di film-film. Dia nangis ngelihat saya, dari kecil nggak liat anak tiba-tiba gede.
Saya pindah ke Inggris, tapi di Inggris hidup saya tidak bertambah baik – cuma satu bulan di Inggris - karena ternyata ibu saya pecandu narkoba juga. Bahkan kita pernah pake narkoba bareng. Saya bukannya bertobat, tapi malah tambah kacau. Ibu saya pake narkoba bukan semacam ganja, tapi lebih berat lagi. Heroin. Semuanya dipakai. Kita juga sempat ditangkap polisi, dimasukin sel, masuk penjara bareng ibu saya. Hidup saya hari demi hari tambah hancur.
Saya kembali ke Jakarta. Hidup saya hari demi hari tambah hancur, akhirnya tiba di suatu titik dimana saya ketemu Steve Emmanuel, seorang artis juga (yang saya ceritain tadi sebelum saya jadi artis, jauh) saya sudah mulai belajar syuting, tapi masih jauh. Dapat duit buat mabok.
Dia tanya, “Apa mau dikenalin sama kakak saya?”
Dan saya dikenalin sama Nafa di diskotik. Waktu itu saya dalam keadaan mabuk, dia juga dalam keadaan make, dan saya ketemu sama dia. Dikenalin, dan saya mulai PDKT (pendekatan) sama dia.
Singkat cerita, ketika saya bertemu dengan Nafa, Nafa saat itu dalam keadaan belum lama putus. Tadinya dia seorang muslim yang taat, nggak kenal diskotik, nggak kenal rokok, mabuk, dan pada saat ketemu saya, dia sudah dalam keadaan jatuh. Saya mulai dekat dengan dia, saya mulai datang ke rumah dia, dan tiba-tiba saya nanya dia, saya juga bingung kenapa saya bisa nanya seperti itu.
Saya nanya, “Nafa, agama kamu apa?”
dan dia bilang ini sambil bengong, “Agama saya kristen.”
Banyak orang mengira Nafa Kristen karena saya. Padahal saya dari kecil tidak punya agama.
Oke saya bilang, saya ikut Kristen, nanti kalau dikenalin sama mamanya kan gampang. Itu kira-kira hari rabu atau kamis, singkat cerita sampai hari Minggu. Saya bilang, orang kristen kalo hari Minggu ke gereja. Kita ke gereja di JFCC, GBI di Senayan. Pendetanya bule, wajah bule tapi fasih banget ngomong Indonesia, saya sampai bengong. Setelah berkhotbah, ada altar call saya bingung karena dia liat-liat saya dan dia bilang : “Yang mau terima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, silahkan maju.”
Saya nanya teman saya Kristen, “Apa saya harus terima Yesus?”
Dan dia bilang, “Ya, kamu harus terima Yesus.”
Dan saya maju ke depan. Banyak orang yang menerma Yesus hari itu saudara.
Yang pertama, saya didoakan, “Aku mengenal engkau.”
Saya bingung saudara, padahal saya baru kenal dia saat itu, dan dia bilang, “Kamu telah membuat keputusan yang tepat. Yang harus kamu lakukan adalah kamu harus percaya dan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan.”
Dia bilang yang harus kamu lakukan adalah percaya dan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan.
Oke saya bilang: "Yesus, mulai saat ini Kamu adalah Tuhan dan Juru Selamat saya"
Dan waktu ngomong itu saya berfikir gampang juga, belagu-belagu juga dulu aku nggak punya Tuhan, sekarang sekali-kali aku punya Tuhan dong. Pikir saya.
Yesus mulai hari ini Engkau adalah Tuhan saya.
Hidup saya memang tidak langsung berubah, tapi ada suatu kekuatan yang terus menarik saya. Ketika saya bertekad mengakui bahwa Yesus itu adalah Tuhan, saya mulai tertarik dengan Alkitab, saya nggak baca Perjanjian Lama, bosen saudara, saya mulai baca Perjanjian Baru dan saya mulai mendapati bahwa dalam dalam Alkitab, Yesus mengatakan bahwa Dialah jalan kebenaran dan hidup. Dan saya mulai mengatakan bahwa tidak ada jalan masuk ke surga kecuali melalui Yesus, dan saya mulai mendapati hal-hal yang wow, ini dasyat banget. Dan saya mulai ke gereja dan saya mulai diajari bahwa kita harus bangun hubungan dengan Tuhan. Saya pulang, dan berdoa, saya benar-benar bangun hubungan saudara, saya benar-benar berdoa, benar-benar yakin, sampai sekarang saya menganggap bahwa Yesus itu benar-benar ada di hadapan saya.
Saya ajak ngobrol, “Halo Yesus, apa kabar?”
Saya benar-benar bangun hubungan pribadi saya dengan Tuhan. Saya ambil gitar, saya belajar lagu rohani, Ku Mau Cinta Yesus, itu saudara yang pertama saya pelajari dan tiba-tiba saya mulai dijamah Tuhan begitu luar biasa. Ketika saya mulai mencari Dia, Dia genggam saya begitu luar biasa. Saya mulai mengalami hal-hal yang seumur hidup saya nggak pernah alami.
Saya pernah mengalami, suatu saat saya sedang menyembah dalam Tuhan di kamar saya, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan saya benar-benar kaget, saya buka mata, saya rasain angin dan saya nggak suka lagi berdoa ada orang, dan saya buka mata, pintu kamar itu tertutup dan saya periksa kunci, ternyata sudah saya kunci dan saya mulai menyembah dan berdoa lagi, dan tiba-tiba pintu kamar saya terbuka lagi dan saya pikir karena udah saya kunci, saya tutup mata lagi, dan tiba-tiba di situ, di pintu itu ada suatu sinar yang terang banget saudara, sangat berkilauan, saya tersungkur dan saya nangis, saya mulai ngerasain damai yang begitu kuat, mulai ngerasain cinta kasih Tuhan yang begitu dekat banget, atmosfir, dan saya nagis dahsyat banget, dan tiba-tiba disitu berdiri Seorang yang tidak bisa saya lihat wajah-Nya, begitu silau, saya hanya jatuh dan saya nangis dan nangis, saudara.
Ketika saya mencari Yesus saya mulai mendapati hal-hal yang seumur hidup tidak pernah saya alami. Saya selalu berpikir bahwa Tuhan adalah Tuhan dan manusia adalah manusia, nggak akan nyambung. Tapi waktu saya bertemu Yesus saya mulai tahu bahwa kita bisa bangun hubungan pribadi dengan Yesus. Saya mulai tahu bahwa kita bisa bicara dengan Tuhan, wow dahsyat banget! Pada saat itu saya belum bertobat, tapi saya bangun adalah hubungan. Saya selalu ajari orang jangan membatasi diri dengan peraturan tentang hubungan pribadi kita dengan Tuhan.
Kalau saudara nggak pernah punya hubungan pribadi dengan Tuhan, jangan sebut diri saudara Kristen, saudara hanya beragama saja. Jangan hanya jadi orang beragamawi saja. Yesus datang tidak membawa agama. Yesus datang membawa hubungan sama Tuhan.
Dan saya mulai bilang kepada Yesus bahwa saya mau lepas dari narkoba, alkohol, sex bebas. Jujur, pada saat itu saya tidak munafik bahwa saya berzinah dengan dia. Saya mau bertobat, kalo Yesus bukan Tuhan tidak mungkin saya bisa lepas dari narkoba, sex bebas, alkohol, rokok. Dia Memberi Kekuatan. Lagu-lagu profetik dahsyat banget lagu-lagunya saudara, benar-benar memberi kekuatan.
Saya yang tadinya tinggal satu rumah dengan Nafa, saya bilang: “Nafa, saya mau pulang, balik lagi ke rumah orang tua, saya nggak mau sex bebas, saya tau Tuhan nggak suka.”
Sampai saya bikin tatoo, setengah jalan. Gara-gara teman saya orang Kristen boleh kog bikin tatoo. Oke, kita bikin tatoo. Waktu itu saya bikin di Jakarta. Tiba-tiba saya liat di dalam roh saya, dalam roh , saya melihat bahwa Tuhan membuang muka. Tiba-tiba di dalam hati saya merasa ada yang ‘greg’ ilang, “ooo kaget” Yesus nggak suka. Padahal, ada evangelist contemporer udah memimpin sampai ke seluruh dunia, masih bikin tatoo karena memang gayanya gitu. Tapi itu adalah urusan dia, hubungan pribadi dengan Tuhan saya nggak mau sampe jadi orang yang hanya agamawi. Tapi saya pribadi, Tuhan nggak mau saya bertatoo, maka tatoonya berhenti di tengah jalan.
Dan akhirnya Yesus membebaskan saya sampai hari ini. Saya bisa kemana-mana, saya bisa dikirim ke mana Tuhan mau bawa saya. “Oh, besok aku ke gereja. Kayaknya aku mau bersaksi.”
Benar ternyata saudara, Tuhan sangat baik saudara, Tuhan begitu luar biasa, dan saya mau bilang, siapapun saudara, selama saudara masih berdosa, masih berzina, masih pake narkoba, selama saudara menjalani suatu agama sebatas suatu agama, saudara tidak akan masuk surga, karena Yesus tidak datang membawa agama tapi membawa kehidupan. Yesus membawa hubungan pribadi. Amin.
Kalau saudara benar-benar terima Tuhan, saya yakin saudara akan alami hal-hal supranatural, wow dahsyat!
GOD BLESS YOU!
Lihat video kesaksian Nafa Urbach dan Zack Lee di sini :
Disadur dan disunting dari : http://rotihidup.blogspot.com/2008/01/zack-lee-sebuah-metamorfosa.html
Supongo que usted entenderá mi idioma lo mismo que yo entiendo el suyo, es decir, nada. Vi su dirección web en un libro de Sor Emmanuel Maillard y decidí hacer una visita ya que soy aficionado a los blogs. Solo quería indicarle que hay un gadget que te da la opción a traducir el blog a distintos idiomas, estaría bien que lo incluyese en la barra de la derecha. Un cordial saludo y que Dios le bendiga: Francisco Javier
BalasHapusPermítame darle las gracias por su visita y sus consejos en nuestro blog. He incluido instalaciones "traducen lengua" en la pantalla de inicio en el equipo. Tal vez en la pantalla en un teléfono inteligente o tablet PC puede ser diferente o no visible. Por desgracia, no he encontrado una manera de mostrar la versión "Traducir Inglés" de los teléfonos inteligentes. Si hubiera encontrado la solución, voy a mostrar inmediatamente "traducen lengua" en la pantalla del teléfono inteligente. Dios los bendiga.
HapusSaya juga mau hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus. AMIN.
BalasHapus